- Coba perhatikan Gambar
4.19. Secara makroskopis gumpalan otot memiliki ujung-ujung otot yang
disebut tendon. Di antara dua tendon terdapat bagian pusat otot yang
yang disebut belli. Bagian ini memiliki kemampuan berkontraksi. Ujung
ujung otot melekat pada tulang dengan dua tipe perlekatan, yaitu origo
dan insersio
.
a. Ujung otot (tendon) yang melekat pada tulang-tulang yang posisinya
tetap atau sedikit bergerak saat otot berkontraksi disebut origo.
b. Ujung otot (tendon) yang melekat pada tulang-tulang yang mengalami perubahan posisi saat otot berkontraksi disebut insersio.
Secara mikroskopis otot lurik tampak tersusun atas garis-garis gelap dan
terang seperti terlihat pada Gambar 4.20. Penampakan tersebut
disebabkan adanya miofibril. Setiap miofibril tersusun atas satuan
kontraktil yang disebut sarkomer. Sarkomer dibatasi dua garis Z
(perhatikan gambar). Sarkomer mengandung dua jenis filamen protein tebal
disebut miosin dan filamen protein tipis disebut aktin. Kedua jenis
filamen ini letaknya saling bertumpang tindih sehingga sarkomer tampak
sebagai gambaran garis gelap dan terang. Daerah gelap pada sarkomer yang
mengandung aktin dan miosin dinamakan pita A, sedangkan daerah terang
hanya mengandung aktin dinamakan zona H. Sementara itu, di antara dua
sarkomer terdapat daerah terang yang dinamakan pita I.
Apa yang terjadi ketika otot berkontraksi? Ketika otot berkontraksi,
aktin dan miosin bertautan dan saling menggelincir satu sama lain.
Akibatnya zona H dan pita I memendek, sehingga sarkomer pun juga
memendek.
Dalam otot terdapat zat yang sangat peka terhadap rangsang disebut
asetilkolin. Otot yang terangsang menyebabkan asetilkolin terurai
membentuk miogen yang merangsang pembentukan aktomiosin. Hal ini
menyebabkan otot berkontraksi sehingga otot yang melekat pada tulang
bergerak.
Jika otot dirangsang berulang-ulang secara teratur dengan interval waktu
yang cukup, otot akan berelaksasi sempurna di antara 2 kontraksi. Namun
jika jarak rangsang singkat, otot tidak berelaksasi melainkan akan
berkontraksi maksimum atau disebut tonus. Jika otot terus-menerus
berkontraksi, disebut tetanus.
Saat berkontraksi, otot membutuhkan energi dan oksigen. Oksigen
diberikan oleh darah, sedangkan energi diperoleh dari penguraian ATP
(adenosin trifosfat) dan kreatinfosfat. ATP terurai menjadi ADP
(adenosin difosfat) + Energi. Selanjutnya, ADP terurai menjadi AMP
(adenosin monofosfat) + Energi. Kreatinfosfat terurai menjadi kreatin +
fosfat + energi. Energienergi ini semua digunakan untuk kontraksi otot.
Pemecahan zat-zat akan menghasilkan energi untuk kontraksi otot
berlangsung dalam keadaan anaerob sehingga fase kontraksi disebut juga
fase anaerob.
Energi yang membentuk ATP berasal dari penguraian gula otot atau
glikogen yang tidak larut. Glikogen dilarutkan menjadi laktasidogen
(pembentuk asam laktat) dan diubah menjadi glukosa (gula darah) + asam
laktat. Glukosa akan dioksidasi menghasilkan energi dan melepaskan CO2
dan H2O. Perhatikan skema di bawah.
Secara singkat proses penguraian glikogen sebagai berikut. Proses
penguraian glikogen terjadi pada saat otot dalam keadaan relaksasi. Pada
saat relaksasi diperlukan oksigen sehingga disebut fase aerob.
Asam laktat atau asam susu merupakan hasil samping penguraian
laktasidogen. Penimbunan asam laktat di dalam otot dapat mengakibatkan
pegal dan linu atau menyebabkan kelelahan otot. Penguraian asam laktat
memerlukan banyak
oksigen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar